Selasa, 28 Februari 2012

Daniel Bell: Masyarakat Post Industri


Daniel Bell (1973,1976) menciptakan ide yang selaras bahwa manusia sedang berada dalam proses pembentukan dari sebuah masyarakat industrial menuju masyarakat industrial. Bell membagi masyarakat ke dalam tiga bidang: struktur sosial (ekonomi-teknik), pemerintahan, dan kebudayaan.
Bell menawarkan ringkasan yang sangat sedikit dari elemen-elemen perubahan yang ia bayangkan. Pertama, dalam ekonomi kita menyaksikan peralihan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan. Sementara ada berbagai jenis pelayanan (bisnis eceran, perbankan). Kesehatan, pendidikan, penelitian, dan pelayanan pemerintah merupakan hal yang paling menentukan dalam masyarakat post industry.
Kedua, pekerjaan professional dan teknis hadir menguasai lapangan pekerjaan. Sangat penting di sini adalah munculnya para ilmuwan dan para teknisi.
Ketiga, pengetahuan teoritis esensi bagi masyarakat post industri yang dilihat sebagai sumber utama inovasi dan formulasi kebijakan. Termasuk di sini adalah penekanan pada teoritis daripada pengetahuan empiris dan kodifikasi pengetahuan. Pertumbuhan jenis pengetahuan dalam segala variasinya merupakan pokok dari munculnya masyarakat post industri.
Keempat, masyarakat postindustri berorientasi pada penarikan dan control atas teknologi dan dampak-dampaknya. Bell melihat pengembangan ramalan baru dan teknik-teknik pemetaan membuat fase baru dalam sejarah ekonomi menjadi mungkin, kemajuan yang terencana dan sadar dari perubahan teknologi, dengan demikian mereduksi ketidakmenentuan masa depan ekonomi.
Terakhir, pengambilan kebijakan ikut menciptakan sebuah teknologi intelektual baru.
Bell memperjelas ide-idenya dalam konteks narasi besar, skema umum mengenai perubahan social dari preindustrial, industrial, dan postindustri. Dalam desainya, masyaraka preindustrial menggunakan “permainan melawan alam”. Masyarakat industrial memusatkan perhatian pada “permainan melawan alam yang diolah pabrik”. Dan postindustri adalah sebuah “permainan antara person-person”, sebagaimana Bell meletakannya “ apa yang dihargai bukanlah kekuatan otot semata, atau tenaga, namun informasi”.
Pusat parhatian utama Bell adalah pada konflik antara bidang ekonomi-teknik dan kebudayaan. Yang pertama dikuasai oleh sebuah prinsip ekonomi yang ditetapkan dalam kerangka efisiensi dan rasionalitas fungsional, pengorganisasian produksi melalui keteraturan barang-barang, termasuk manusia sebagai barang. Yang terkhir boros, tidak memilah-milah, didominasi oleh sebuah sifat anti-rasional, anti-intelektual yang dianggap sebagai ukuran estetika yang sebanding dengan pengalaman.
Bell tidak mendefinisikan kebudayaan postmodern, namun ia mengasosiasikan istilah semacam itu sebagai dorongan, kenikamatan, pembebasan dan erotisme denganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar